Beranda Sindikasi Pergerakan Alumni Pesantren dalam Menjaga Marwah Kyai Pesantren Berharap Ridlo Ilahi

Pergerakan Alumni Pesantren dalam Menjaga Marwah Kyai Pesantren Berharap Ridlo Ilahi

Menjelang Hari Santri Nasional tahun 2025 dunia Pesantren dan Kyainya terluka oleh tangan tangan yang tidak memahami Pesantren. Di awali dengan ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo disusul dengan tayangan penghinaan oleh Trans 7 kepada KH Anwar Mansur Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan tradisi pesantren yang selama ini sudah berjalan.

Tayangan Trans 7 inilah yang memantik pergerakan secara masif seluruh alumni Pesantren khususnya alumni Lirboyo dan alumni yang lainnya. Mereka bergerak melakukan demonstrasi mengecam dengan keras tayangan Trans 7 dengan menyampaikan beberapa tuntutan. Pergerakan aksi ini tentu menjadi catatan sejarah untuk komunitas sarungan yang selama ini tidak pernah turun ke jalan (demonstrasi). Para alumni Pesantren lebih banyak disibukkan oleh kegiatan keumatan dalam bentuk khidmah kepada masyarakat. Sehingga nyaris tidak ada ruang untuk melakukan demonstrasi.

Akan tetapi begitu yang terusik adalah marwah Kyai dan Pesantren dengan spontanitas tanpa komando, alumni Pesantren bergerak dengan aksi demonstrasi. Mereka tidak digerakkan oleh Kyai atau siapapun yang didapuk menjadi aktor intelektual. Akan tetapi pergerakan aksi mereka benar benar tulus karena keterpanggilan nurani karena merasa tidak terima atas penghinaan terhadap Kyai dan Pesantren.

Menjaga marwah Kyai dan Pesantren menjadi bentuk khidmah santri sepanjang massa. Saat sudah di rumah menjadi alumni Pesantrenpun keterpanggilan khidmah terapatri dalam hati alumni. Sehingga saat kehormatan Kyai dan Pesantren terciderai tanpa berfikir panjang melakukan langkah pergerakan aksi dengan salah satu tajuk bela Kyai dan Pesantren.

4A890266 B275 44A1 A8EC B654D619E556Sungguh merupakan pemandangan yang baru terjadi di republik Indonesia saat aksi menyampaikan aspirasi diiringi dengan lantunan bait Alfiyah Ibnu Malik dan Sholawat Ala Lirboyo. Inilah yang membedakan demontrasi santri dengan yang lainnya. Selama ini aksi demonstrasi sarat dengan muatan anarkis. Hal ini sebagaimana yang terjadi saat akhirnya Agustus 2025 di beberapa daerah.

Berbeda dengan aksi alumni santri dengan pakaian khas sarung dan peci hitam yang menjaga nilai kesantunan dan adab. Inilah yang menjadi pesan salah satu Dzuriyah Lirboyo, agar dalam beraksi tetap menjaga akhlak santri. Sehingga meskipun mereka berteriak, tapi tetap menjaga etika sebagai santri. Lebih dari itu di ruangan saat diplomasi dengan beberapa pihak terkait, alumni santri bisa menyempaikan bahasa yang santun dengan muatan akademik yang tidak kalah dengan mereka yang belajar di bangku perkuliahan.

Pergerakan yang dilakukan oleh alumni santri di beberapa daerah sesungguhnya bisa menjadi langkah awal bagi beberapa pihak untuk mengukur kekuatan alumni santri. Alumni Pesantren yang tersebar di setiap pelosok desa bahkan hari ini sampai di kota kota dalam ukuran kuantitas apakah berbanding lurus dengan pergerakan sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas mahasiswa.

Berkaca pada Resolusi Jihad sebagai tonggak mempertahankan NKRI di bawah komando KH Hasyim Asy’ari sesungguhnya yang bergerak mayoritas Santri. Ribuan santri bergerak membela bangsa dengan dengan ketulusan hati. Bahkan menurut beberapa saksi sejarah yang membunuh Jendral Mallaby adalah santri, termasuk yang menurunkan bendera di hotel Yamato juga santri.

Oleh karena itu saat perjuangan kemerdekaan santri bela negeri, hari ini menjadi kewajiban santri bela Kyai dan Pesantren. Membela Kyai dan Pesantren menjadi implementasi khidmah yang berharap kepada berkah. Saat nyantri di Pesantren khidmah bukanlah diperbudak akan tetapi bentuk kepatuhan kepada Sang Guru Ruhani. Begitupun saat menjadi alumni, keterpanggilan khidmah mewarnai di hati dengan harapan mendapatkan ridlo Ilahi. ***