Beranda Sindikasi KKN UIN Gus Dur Sukses Dongkrak Program Lingkungan: Bank Sampah Hidup, Magot...

KKN UIN Gus Dur Sukses Dongkrak Program Lingkungan: Bank Sampah Hidup, Magot Bangkit Lagi

PEKALONGAN (Aswajanews) — Dua tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan 63 UIN Gus Dur Pekalongan resmi mengakhiri masa pengabdian mereka melalui acara penarikan KKN tematik dan reguler yang digelar pada Kamis pagi (12/12) di Aula Kantor Kelurahan Kedungwuni Timur.

Acara penarikan tersebut dihadiri oleh perwakilan warga, ketua RT dan RW, tokoh agama, seluruh anggota tim KKN, serta Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Lurah Kedungwuni Timur beserta seluruh staf kelurahan juga hadir dan memberikan sambutan.

Dalam rangkaian acara, masing-masing koordinator desa, DPL, dan lurah menyampaikan apresiasi serta kesan selama dua bulan pendampingan terhadap program kerja mahasiswa. Puncak acara diisi dengan pemaparan capaian program dari kedua tim KKN, mulai dari pembentukan bank sampah, penerbitan sertifikat wakaf, sertifikasi halal, hingga pengembangan budidaya magot.

Lurah Kedungwuni Timur memberikan apresiasi tinggi atas keberhasilan mahasiswa yang dianggap mampu melampaui ekspektasi awal.

“Saya bahkan tidak menyangka mereka bisa melampaui ekspektasi awal saya. Mereka berhasil membentuk bank sampah, dan untuk budidaya magot ini saya apresiasi betul. Dengan program ini, budidaya magot yang sebelumnya mati kembali hidup. Kalau ada KKN lagi, saya akan minta program ini diteruskan,” ujarnya.

E5EF56C0 DB24 43EE 9568 1EA919BAE8C5

Kelurahan Kedungwuni Timur menerima dua gelombang KKN angkatan 63 sejak Oktober lalu. Tim tematik diterjunkan pada Senin, 13 Oktober 2025 dan mengabdi selama 60 hari, disusul tim reguler pada Senin, 27 Oktober 2025 dengan masa pengabdian 45 hari.

Perbedaan fokus tema turut memengaruhi jenis program kerja masing-masing tim. KKN tematik membawa dua fokus utama, yakni pertanahan dan ekoteologi, dengan program unggulan berupa pengelolaan sampah non-organik melalui bank sampah. Sementara itu, tim reguler berfokus pada ekoteologi dengan tanggung jawab khusus pada pengolahan sampah organik melalui budidaya magot.

Meski berbeda fokus, kedua tim memiliki benang merah yang sama: konsisten menangani persoalan sampah di wilayah Kedungwuni Timur dan menghidupkan kembali kesadaran pengelolaan lingkungan di masyarakat.

(Penulis: Lia Afiana)