Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah lahir atas keterpanggilan nurani untuk berkhidmat secara kolektif dalam rangka mengangkat harkat dan martabat Madrasah Diniyah Takmiliyah. FKDT hadir sebagai ikhtiar pergerakan bersama untuk membawa Madrasah Diniyah Takmiliyah kepada pusaran kebijakan pemerintah. Hal tersebut didasari karena eksistensi MDT yang sebenarnya menjadi entitas strategis mewujudkan tujuan pendidikan nasional, namun belum mendapatkan perhatian yang serius dari para pengambil kebijakan di pusat Jakarta.
Tiga belas tahun yang lalu tepatnya tanggal 14 April 2014 para pegiat pendidikan Madrasah Diniyah dari seluruh penjuru Nusantara mendeklarasikan FKDT sebagai wadah perjuangan dan khidmah untuk kepentingan Madrasah Diniyah. Semangat yang menyala dalam benak mereka mencerminkan ketulusan dalam berkhidmah untuk masa depan pendidikan keagamaan Islam di Indonesia dalam hal ini Madrasah Diniyah Takmiliyah.
Kementerian Agama RI dalam hal ini Subdit Diniyah Takmiliyah di bawah komando Dr Mamat Slamet Burhanudin memilki andil yang besar terhadap proses lahirnya FKDT di asrama haji Pondok Gede Bekasi Jawa Barat. Hal ini tentu karena eksistensi MDT tidak bisa dilepaskan dari Kementerian Agama selaku institusi pemerintah yang menaungi MDT di Indonesia. Perkembangan baru arah kebijakan Kemenag terkait dengan MDT juga tidak bisa dilepaskan dari Presiden Gus Dur yang memberikan angin segar terhadap Pondok Pesantren. MDT menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Pondok Pesantren.
Babak baru perkembangan MDT (Madrasah Diniyah Takmiliyah) yang dulu disebut Madrasah Diniyah disingkat Madin atau dikampung disebut dengan sekolah Arab dalam kancah pendidikan keagamaan Islam secara nasional diawali dengan pergerakan para pegiat Madin di tingkat daerah Kab/ Kota. Mereka telah bergerak bersama dengan komunitas guru Madin untuk memperkuat eksistensi MDT di daerahnya. Mereka menambah dirinya dengan KKMD,FKMD dan akronim lainnya yang memiliki sebutan Madrasah Diniyah.
Oleh karena deklarasi lahirnya FKDT di republik Indonesia merupakan representasi wujud kepedulian terhadap MDT yang digagas oleh forum atau lembaga yang sebelumnya sudah terbentuk di tingkat daerah kemudian akhirnya secara nasional dicetuskan nama FKDT. Hal ini tentu melalui diskusi panjang dengan beberapa pertimbangan, termasuk menyesuaikan nomenklatur tentang MDT
Eksistensi MDT yang pada satu sisi membutuhkan kekuatan peran pemerintah pusat secara massif dibutuhkan pergerakan seluruh elemen bangsa. Pergerakan yang muncul dari bawah ( komunitas MDT ) dengan FKDT maka proses keberpihakan pemerintah kepada MDT secara bertahap mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa kegiatan dari Kemenag RI yang banyak melibatkan FKDT baik di pusat maupun di daerah.
Disisi yang lain MDT yang seluruh didirikan atas prakarsa masyarakat dibutuhkan banyak berbenah agar mewujudkan pendidikan dalam tafaquh fiddin yang berkualitas. Oleh karena itu pemberdayaan MDT melalui ikhtiar peningkatan mutu pendidikan keagamaan sangat penting. Lebih dari itu kondisi sarana dan prasarana MDT yang kurang layak juga harus mendapatkan sentuhan perhatian baik dari pemerintah atau masyarakat.
Melalui momentum Harlah FKDT ke-13 dengan semangat berkhidmah menuju Indonesia berkah semoga seluruh komunitas MDT di Indonesia senantiasa Istiqomah dalam berkhidmah. Dengan Istiqomah berkhidmah maka akan mendapatkan keberkahan. Sehingga meskipun dengan kesejahteraan yang belum berbanding luruh dengan profesi sebagai guru Madin, akan tetapi mereka menyakini bahwa dibalik khidmah ada berkah. Ketik guru Madin merasakan keberkahan, maka Indonesia menjadi berkah. •••
The post Harlah FKDT ke-13 : Meneguhkan Semangat Berkhidmah Diniyah Menuju Indonesia Berkah first appeared on aswajanews.