Anggapan yang mendekati pemahaman secara umum bahwa mabrur itu identik dengan ibadah haji, tidak salah. Itu soal kaprah. Bisikan doa semoga menjadi haji mabrur tak terelakkan.
Dari Abu Hurairah RA, diriwayatkan bahwa nabi (Muhammad) pernah ditanya, apakah perbuatan yang paling baik, beliau menjawab, beriman kepada Allah dan rasulnya, kemudian? . Jihad di jalan Allah, kemudian lagi ? Rasul menjawab, haji mabrur yang ibadahnya diterima oleh Allah, yang tujuan ibadahnya semata mata mendapat keridhaan Allah. Tidak ada unsur ria dan ingin mendapatkan pujian orang.
Dalam kontek ibadah haji,mabrur itu bermakna pelaksanaan ibadah yang sempurna dan diterima Allah.Kriterianya mengikuti dan melaksanakan seluruh rangkaian ibadah dengan baik, khusu dan hidmat.
Secara bahasa mabrur berasal dari kata barra yang berarti perbuatan baik. Jadi secara hakiki mabrur itu bermakna perilaku muslim yang minus cacat cela dan surplus kebaikan.
Gelar mabrur merupakan otoritas mutlak daripada Allah, Tuhan pencipta alam semesta.
Ada kriteria utama yang menjadi instrumen keputusan Allah dalam menetapkan seseorang muslim mabrur, melalui ibadah haji atau bukan. Tak lain yaitu kepedulian terhadap sesama.
“Kamu sekali kali tidak akan memperoleh kebaikan yang sempurna (mabrur), hingga kamu meng-infagkan harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu infaqkan, sesungguhnya Allah mengetahui.” (Al Imran 92).
Jadi dimata Tuhan perbuatan ikhlas itu yang memiliki nilai tinggi. Siapa tahu motto kementerian agama Ikhlas Beramal berhulu dari kata ikhlas dalam firman Allah Wallahu alam.
Kerena sangat mungkin terjadi seseorang (muslim) mendapat gelar mabrur, tanpa pergi (ibadah haji) ke tanah suci. Dan apa saja yang kamu infaqkan dari pada hartamu, sesungguhnya kebaikannya untuk dirimu sendiri (Al Baqarah 272)
Orang yang menginfaqkan hartanya diwaktu malam atau siang secara sembunyi-sembunyi atau terang terangan, maka mereka mendapat pahala disisi Tuhan (Al-Baqarah 274).
Ketahuilah, sesungguhnya infaq itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah akan mendekatkan mereka kepada RahmatNYA. (AT TAUBAH 99)
Dan masih banyak ayat didalam al Qur’an yang mengindikasikan Allah sangat menyenangi perbuatan infaq shodaqoh yang bersumber dari kepedulian sosial umatnya secara tulus dan ikhlas.
Sebut saja QS as Saba 39, Al Anfal 30, Al Imran 133 dan 134, Al Lail 17; dan 18 dan As Syura 36 dan 38.
Ayat-ayat itu menggambarkan betapa Allah peduli pada perbuatan saling sayang menyayangi diantara ummatbya. Seraya menurunkan surat Hujurat ayat 10, Innamal muminuuna ikhwatun (Sesungguhnya sesama ummat muslim itu bersaudara) kerena itu saling sayang menyayangilah diantara kalian.
Berikut adalah sebuah hadits riwayat yang meyakinkan bahwa mabrur bukan prerograsi ibadah haji.
Pada suatu hari Maesaroh bin Khunais melewati sebuah kuburan.
Ia mengucapkan Assalamualaikum ya halal qubur, antum lanaa salafun wanahnu lakum.Maka Allah mengembalikan nyawa penghuni kubur itu seraya penghuni kubur itu menjawab salam Maesaroh.
Bahagilah kamu semua makhluk dunia. Kalian tiap bulan dapat melaksanakan ibadah haji 4 kali dan sembahyang Dhuha 2 rakaat setiap hari.
Terkaget kaget Maesaroh bertanya, bagaimana Mungkin aku bisa melaksanakan ibadah haji 4 kali sebulan. Laki laki dalam qubur itu menjawab, sembahyang Jumat itu nilainya sama dengan ibadah haji. Demikian pun rokataini minadh dhuha (dua rakaat shalat Dhuha), khalijatin waumrotin maqburotin, pahalanya sama dengan ibadah haji dan umrah yang diterima Allah (mabrur). (HR Syaikhul Imam Adz Zainad Al Wastri dari Imam Abu Muhammad Al Fadz).
Tentang ukuran dan derajat mabrur,berikut adalah cerita yang diriwayatkan Ali bin Nuwafaq.
Aku pernah berhaji, pada satu tahun.Pada malam menjelang wukuf di Arafah aku tertidur di masjid Khaif. Tiba tiba aku bermimpi,ada dua malaikat turun dari langit.
Malaikat pertama bertanya kepada temannya.
Tahukah engkau ada berapa jemaah yang melaksanakan ibadah haji tahun ini ?
Saya tidak tahu jawab malaikat yang ke-dua.
Ada 600 ribu, jawab malaikat pertama.
Tapi tahukah kamu berapa orang dari 600 ribu itu yang ibadahnya sempurna dan diterima oleh Allah (mabrur) ?
Malaikat kedua yang rupanya ku’ul (kurang gaul), juga menggeleng kepala, teu nyaho)
Hanya 6 orang saja,tegas malaikat pertama.
Kemudian dua duanya terbang kembali ke langit.
Tinggallah Ali bin muwafaq yang baru sadar dari mimpi.
Ia merasa sedih, kerena kalau hanya 6 orang dari 600 ribu yang mabrur,bisa jadi dia termasuk dalam 594 ribu orang yang hajinya mardud (ditolak).
Ia, Ali bin Muwafaq berdiri di Al Mahsyar Al Haram (sebuah tempat di Muzdalifah), sambil berfikir betapa sulitnya memperoleh gelar haji mabrur itu. Dari 600 ribu hanya 6 orang saja.
Tidak lama kemudian ia tertidur lagi dan bermimpi pula
Dalam tidur serial kedua itu,si jago molor itu menyambung mimpinya. Kedua malaikat itu turun lagi.
Malaikat pertama memanggil malaikat kedua.
Terdengar lagi percakapan mereka.
Tahukah kamu, keputusan apa yang diambil Allah terkait nasib 600 ribu jemaah haji itu ?
Malaikat kedua lagi lagi geleng kepala.Teu nyaho deui wae.
Begini, kata malaikat pertama, Tuhan telah melimpahkan otoritas kepada ke 6 orang itu untuk masing masing menarik 99.999 orang jemaah lain menjadi haji mabrur.
Dengan demikian semua jemaah tahun itu mendapat predikat mabrur.
Itulah makna otoritas mutlak daripada Allah SWT Tuhan seru sekalian alam.
Apapun yang dimauiNYA,semua pasti jadi. Kunfayakun. Wallahu alam bissawab.*
Artikel CERITA YANG UNIK DAN MENARIK SEPUTAR MERAIH PREDIKAT MABRUR pertama kali tampil pada aswajanews.